Santri tunanetra memiliki semangat yang luar biasa dalam mempelajari dan menghafal Al-Qur’an meskipun menghadapi tantangan dalam hal penglihatan. Dalam upaya untuk menghafal Al-Qur’an, mereka memanfaatkan metode yang mengandalkan pendengaran melalui media speaker murotal dan perabaan dengan memanfaatkan Al-Qur’an braille.
Pendengaran menjadi salah satu indera yang sangat penting bagi para santri tunanetra dalam proses belajar Al-Qur’an. Speaker murotal menjadi media utama bagi mereka dalam mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an secara jelas dan melodi yang indah. Melalui pendengaran, mereka memperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an yang dilantunkan oleh qari terkenal atau penghafal Al-Qur’an yang memiliki suara yang merdu.
Dalam mendalami makna dan bacaan Al-Qur’an, santri tunanetra menggunakan kemampuan pendengaran mereka secara optimal. Meskipun tidak bisa melihat huruf-hurufnya, pendengaran yang terlatih membantu mereka memahami tajwid, melafalkan huruf-huruf dengan benar, dan menghafal setiap ayat dengan teliti. Keterampilan pendengaran ini menjadi inti dari proses pembelajaran mereka.
Selain pendengaran, penggunaan Al-Qur’an braille adalah metode lain yang sangat penting bagi santri tunanetra. Al-Qur’an braille adalah versi Al-Qur’an yang ditulis dalam bentuk braille, sebuah sistem tulisan yang dapat dibaca oleh sentuhan. Dengan menggunakan jari-jari mereka, santri tunanetra membaca Al-Qur’an dalam bentuk braille, merasakan titik-titik huruf yang membentuk ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Melalui perabaan ini, mereka mempelajari struktur huruf-huruf Arab dan susunan kata-kata dalam Al-Qur’an. Kemampuan ini memungkinkan mereka untuk memahami tata letak halaman Al-Qur’an dan mencari ayat-ayat yang ingin mereka hafal atau pelajari. Meskipun memerlukan ketelitian dan latihan yang konsisten, metode perabaan ini memberikan akses yang luas bagi mereka untuk memahami Al-Qur’an secara mendalam.
Semangat para santri tunanetra dalam menghafal Al-Qur’an menggunakan metode pendengaran dan perabaan adalah inspiratif. Mereka tidak hanya mengatasi keterbatasan penglihatan, tetapi juga menunjukkan semangat yang luar biasa dalam menuntut ilmu agama. Semangat inilah yang memotivasi mereka untuk terus belajar dan mendalami makna Al-Qur’an, meskipun dihadapkan pada berbagai kendala.
Tidak hanya itu, kemandirian mereka dalam mengakses Al-Qur’an melalui metode-metode yang ada menunjukkan bahwa semangat mereka tidak pernah padam. Mereka menghadapi setiap tantangan dengan tekad yang kuat untuk terus berproses dan mencapai tujuan mereka dalam menghafal dan memahami Al-Qur’an.
Dengan ketekunan, semangat, dan keyakinan yang tinggi, santri tunanetra memberikan inspirasi bagi semua orang untuk terus belajar dan menghormati Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, serta mengapresiasi upaya keras mereka dalam menghafal dan memahami Al-Qur’an melalui metode pendengaran dan perabaan yang luar biasa.