Pesantren Sam’an di Bandung merupakan contoh yang inspiratif dalam mendukung santri tunanetra dalam menghafal Al-Qur’an. Pesantren ini telah mengembangkan strategi efektif yang memungkinkan para santri tunanetra untuk meraih prestasi dalam menghafal Al-Qur’an. Salah satu keunggulan dari pesantren ini adalah penggunaan dua media utama, yakni mushaf Al-Qur’an Braille dan speaker murotal.
Mushaf Al-Qur’an Braille: Mushaf Al-Qur’an Braille adalah media tulisan khusus yang digunakan oleh santri tunanetra. Dengan Braille, santri dapat merasakan teks Al-Qur’an dengan menggunakan sentuhan jari. Hal ini memungkinkan mereka untuk memahami teks Al-Qur’an melalui sistem titik-titik khusus yang mewakili huruf-huruf Arab. Dengan pendekatan ini, santri dapat membaca dan menghafal Al-Qur’an dengan lebih efektif.
Speaker Murotal: Selain mushaf Braille, penggunaan speaker murotal juga menjadi bagian penting dalam proses menghafal Al-Qur’an. Speaker murotal memungkinkan santri mendengarkan bacaan Al-Qur’an dari qari yang mahir. Ini membantu mereka memahami tajwid (aturan bacaan) dan melatih pendengaran mereka. Speaker murotal juga memungkinkan santri untuk mendengarkan ayat-ayat berulang-ulang, sehingga mereka dapat menghafal dengan lebih baik.
Dalam Pesantren Sam’an, para santri tunanetra didukung oleh para guru yang berpengalaman dalam mengajar Al-Qur’an kepada mereka. Guru-guru ini memiliki pemahaman mendalam tentang kebutuhan khusus santri tunanetra dan berupaya memberikan bimbingan yang sesuai. Mereka juga memotivasi santri untuk terus memperbaiki hafalan mereka.
Melalui kombinasi mushaf Al-Qur’an Braille dan speaker murotal, pesantren ini memberikan lingkungan yang inklusif dan penuh semangat bagi para santri tunanetra untuk meraih hafalan Al-Qur’an. Dalam prosesnya, mereka tidak hanya menghafal teks suci Al-Qur’an, tetapi juga menggali potensi mereka dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Pesantren Sam’an Bandung adalah contoh nyata bahwa semangat dan upaya dalam mendukung para santri tunanetra dapat mencapai prestasi luar biasa.