
Santri akhwat tunanetra memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri dalam menjalani kehidupan keputrian di pesantren. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, mereka tetap teguh menjalankan kajian Islam seputar keputrian, fiqih keputrian, dan mengintegrasikannya dalam keseharian kegiatan keputrian. Berikut ini adalah gambaran tentang bagaimana santri akhwat tunanetra menjaga keputrian mereka dalam konteks kehidupan pesantren.
Dalam kajian Islam seputar pembahasan keputrian, santri akhwat tunanetra mempelajari nilai-nilai kesucian dan kehormatan diri sebagai seorang muslimah. Mereka belajar tentang pentingnya menjaga aurat, sopan santun dalam berinteraksi dengan sesama, serta tata cara berbusana yang syar’i. Kajian ini juga melibatkan diskusi dan pemahaman tentang hak-hak dan tanggung jawab sebagai wanita muslimah.
Fiqih keputrian menjadi landasan bagi santri akhwat tunanetra dalam menjalani keseharian keputrian. Mereka mempelajari hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan masalah-masalah keputrian, seperti hukum berhijab, tata cara shalat, hukum pergaulan dengan lawan jenis, dan etika dalam berbicara dan berperilaku. Fiqih keputrian membantu mereka memahami aturan-aturan agama yang harus diikuti dan menghindari tindakan yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Dalam keseharian kegiatan keputrian, santri akhwat tunanetra menjalankan rutinitas yang mencerminkan nilai-nilai keputrian. Mereka terlibat dalam shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan dzikir secara rutin. Selain itu, mereka juga mengikuti kajian agama dan diskusi kelompok yang memperdalam pemahaman tentang Islam. Kegiatan-kegiatan ini menjadi sarana untuk memperkokoh keimanan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.