Santri penghafal Al-Qur’an adalah individu yang luar biasa. Mereka mengabdikan hidupnya untuk mempelajari dan menghafal kitab suci umat Islam. Namun, di balik kehidupan mereka yang penuh keberkahan, terdapat rahasia yang tersembunyi—kebutaan. Beberapa santri penghafal Al-Qur’an mengalami kebutaan, namun ini bukanlah suatu kelemahan, melainkan bagian dari perjalanan spiritual mereka yang menginspirasi.
Sebagian santri penghafal Al-Qur’an di Pesantren Sam’an yang mengalami hilangnya indera penglihatan adalah mengalami secara bertahap. Mereka seringkali mengalami kerusakan retina atau penyakit mata lainnya. Namun, bukanlah kebetulan bahwa orang-orang ini dipilih untuk menjadi penghafal Al-Qur’an. Ada kepercayaan di kalangan umat Islam bahwa Allah SWT memberikan kesempurnaan melalui kekurangan ini. Para penghafal Al-Qur’an buta diyakini memiliki kepekaan spiritual yang lebih dalam dan hubungan yang lebih erat dengan kitab suci.
Bagi santri penghafal Al-Qur’an di Pesantren Sam’an yang memiliki kebutaan, setiap kata Al-Qur’an yang mereka hafal dan lafalkan adalah cahaya yang menerangi hati mereka. Meskipun mereka tidak dapat melihat teks, mereka memiliki kemampuan untuk meresapi dan memahami makna yang terkandung di dalamnya dengan lebih dalam. Keadaan mereka yang buta secara fisik menjadi sebab mereka mempertajam indera lainnya, seperti perabaan, pendengaran dan perasaan, untuk mengambil manfaat maksimal dari bacaan dan penghafalan mereka.
Selain itu, kebutaan para santri penghafal Al-Qur’an di Pesantren Sam’an juga mengilhami dan memotivasi orang lain. Kisah-kisah keberanian mereka menarik perhatian masyarakat luas. Ketika orang-orang melihat dedikasi dan semangat mereka dalam menghadapi rintangan yang begitu besar, banyak yang merasa terinspirasi dan tercerahkan. Mereka melihat bahwa ketidakmampuan fisik bukanlah penghalang untuk mencapai kesempurnaan spiritual dan keberkahan.
Ada beberapa organisasi, perusahaan swasta, pemerintah dan lembaga pendidikan yang memberikan dukungan dan bantuan kepada santri penghafal Al-Qur’an yangtunanetra. Dalam masyarakat yang semakin inklusif, upaya ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan yang adil untuk mendapatkan pendidikan dan menghafal Al-Qur’an.
Secara keseluruhan, kebutaan para santri penghafal Al-Qur’an adalah sebuah rahasia yang menyimpan keajaiban spiritual di dalamnya. Mereka adalah contoh nyata tentang bagaimana keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk mencapai keutamaan dan ikatan yang dalam dengan agama. Semangat mereka menginspirasi banyak orang untuk menghargai dan menghormati mereka, serta menghadapi rintangan hidup dengan sikap yang lebih positif dan bersemangat. Kehadiran mereka memberikan cahaya dan harapan bagi kita semua.